Ruqoyyah dan Ummu Kultsum radhiallahu ‘anhuma
Kisah Perjalanan Dua Cahaya
Ditulis pada Maret 24, 2008 oleh haulasyiah
Tumbuh beriringan bak dua kuntum bunga, berhias keindahan.
Lepas dari belenggu ikatan, bertabur kemuliaan. Berlabuh di sisi kekasih nan
dermawan, sang pemilik dua cahaya.
Lahir dua orang putri dari rahim ibunya, Khadijah bintu
Khuwailid bin Asad bin ‘Abdil ‘Uzza radhiallahu ‘anha. Menyandang nama Ruqayyah
dan Ummu Kultsum radhiallahu ‘anhuma, di bawah ketenangan naungan seorang ayah
yang mulia, Muhammad bin ‘Abdillah bin ‘Abdil Muththalib Shallallahu ‘alaihi wa
sallam.
Sebelum datang masa sang ayah diangkat sebagai nabi Allah,
Ruqayyah disunting oleh seorang pemuda bernama ‘Utbah, putra Abu Lahab bin
‘Abdul Muththalib, sementara Ummu Kultsum menikah dengan saudara ‘Utbah,
‘Utaibah bin Abi Lahab. Namun, pernikahan itu tak berjalan lama. Berawal dengan
diangkatnya Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai nabi, menyusul
kemudian turun Surat Al-Lahab yang berisi cercaan terhadap Abu Lahab, maka Abu
Lahab dan istrinya, Ummu Jamil, menjadi berang. Dia berkata kepada dua
putranya, ‘Utbah dan ‘Utaibah yang menyunting putri-putri Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Haram jika kalian berdua tidak menceraikan
kedua putri Muhammad!”
Kembalilah dua putri yang mulia ini dalam keteduhan naungan
ayah bundanya, sebelum sempat dicampuri suaminya. Bahkan dengan itulah Allah
selamatkan mereka berdua dari musuh-musuh-Nya. Ruqayyah dan Ummu Kultsum pun
berislam bersama ibunda dan saudari-saudarinya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan ganti yang jauh lebih
baik. Ruqayyah bintu Rasulullah radhiallahu ‘anha disunting oleh seorang
sahabat mulia, ‘Utsman bin ‘Affan radhiallahu ‘anhu.
Sebagaimana kaum muslimin yang lain, mereka berdua
menghadapi gelombang ujian yang sedemikian dahsyat melalui tangan kaum
musyrikin Mekkah dalam menggenggam keimanan. Hingga akhirnya, pada tahun kelima
setelah nubuwah, Allah Subhanahu wa Ta’ala bukakan jalan untuk hijrah ke bumi
Habasyah, menuju perlindungan seorang raja yang tidak pernah menzalimi siapa
pun yang ada bersamanya. ‘Utsman bin ‘Affan radhiallahu ‘anhu membawa istrinya
di atas keledai, meninggalkan Mekkah, bersama sepuluh orang sahabat yang
lainnya, berjalan kaki menuju pantai. Di sana mereka menyewa sebuah perahu
seharga setengah dinar.
Di bumi Habasyah, Ruqayyah radhiallahu ‘anha melahirkan
seorang putra yang bernama ‘Abdullah. Akan tetapi, putra ‘Utsman ini tidak
berusia panjang. Suatu ketika, ada seekor ayam jantan yang mematuk matanya
hingga membengkak wajahnya. Dengan sebab musibah ini, ‘Abdullah meninggal dalam
usia enam tahun.
Perjalanan mereka belum berakhir. Saat kaum muslimin
meninggalkan negeri Makkah untuk hijrah ke Madinah, mereka berdua pun turut
berhijrah ke negeri itu. Begitu pun Ummu Kultsum radhiallahu ‘anha, berhijrah
bersama keluarga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Selang berapa lama mereka tinggal di Madinah, bergema seruan
perang Badr. Para sahabat bersiap untuk menghadapi musuh-musuh Allah. Namun
bersamaan dengan itu, Ruqayyah bintu Rasulullah radhiallahu ‘anha diserang
sakit. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun memerintahkan ‘Utsman bin
‘Affan radhiallahu ‘anhu untuk tetap tinggal menemani istrinya.
Ternyata itulah pertemuan mereka yang terakhir. Di antara
malam-malam peristiwa Badr, Ruqayyah bintu Rasulullah radhiallahu ‘anha kembali
ke hadapan Rabbnya karena sakit yang dideritanya. ‘Utsman bin ‘Affan
radhiallahu ‘anhu sendiri yang turun untuk meletakkan jasad istrinya di dalam
kuburnya.
Saat diratakan tanah pekuburan Ruqayyah radhiallahu ‘anha,
terdengar kabar gembira kegemilangan pasukan muslimin melibas kaum musyrikin
yang diserukan oleh Zaid bin Haritsah radhiallahu ‘anhu. Kedukaan itu
berlangsung bersama datangnya kemenangan, saat Ruqayyah bintu Muhammad
radhiallahu ‘anha pergi untuk selama-lamanya pada tahun kedua setelah hijrah.
Sepeninggal Ruqayyah radhiallahu ‘anha, ‘Umar bin Al Khaththab
radhiallahu ‘anhu menawarkan kepada ‘Utsman bin ‘Affan radhiallahu ‘anhu untuk
menikah dengan putrinya, Hafshah bintu ‘Umar radhiallahu ‘anhuma yang
kehilangan suaminya di medan Badr. Namun saat itu ‘Utsman dengan halus menolak.
Datanglah ‘Umar bin Al-Khaththab radhiallahu ‘anhu ke hadapan Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengadukan kekecewaannya.
Ternyata Allah Subhanahu wa Ta’ala memilihkan yang lebih
baik dari itu semua. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam meminang Hafshah
radhiallahu ‘anha untuk dirinya, dan menikahkan ‘Utsman bin ‘Affan radhiallahu
‘anhu dengan putrinya, Ummu Kultsum radhiallahu ‘anha. Tercatat peristiwa ini
pada bulan Rabi’ul Awwal tahun ketiga setelah hijrah.
Enam tahun berlalu. Ikatan kasih itu harus kembali terurai. Ummu
Kultsum radhiallahu ‘anha kembali ke hadapan Rabbnya pada tahun kesembilan
setelah hijrah, tanpa meninggalkan seorang putra pun bagi suaminya. Jasadnya
dimandikan oleh Asma’ bintu ‘Umais dan Shafiyah bintu ‘Abdil Muththalib
radhiallahu ‘anhuma. Tampak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menshalati
jenazah putrinya. Setelah itu, beliau duduk di sisi kubur putrinya. Sembari
kedua mata beliau berlinang air mata, beliau bertanya, “Adakah seseorang yang
tidak mendatangi istrinya semalam?” Abu Thalhah menjawab, “Saya.” Kata beliau,
“Turunlah!”
Jasad Ummu Kultsum radhiallahu ‘anha dibawa turun dalam
tanah pekuburannya oleh ‘Ali bin Abi Thalib, Al-Fadhl bin Al-‘Abbas, Usamah bin
Zaid serta Abu Thalhah Al-Anshari radhiallahu ‘anhu. Ruqayyah dan Ummu Kultsum,
dua putri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, semoga Allah meridhai
keduanya….
Wallahu ta’ala a’lamu bish-shawab.
Sumber bacaan:
•?Al-Isti’ab, karya Al-Imam Ibnu ‘Abdil Barr (hal. 1038,
1839-1842, 1952-1953)
•?Ath-Thabaqatul Kubra, karya Al-Imam Ibnu Sa’d (8/36-3
•?Ats-Tsiqat, karya Al-Imam Ibnu Hibban (2/105)
•?Fathul Bari, karya Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-‘Asqalani (7/18
•?Siyar A’lamin Nubala, karya Al-Imam Adz-Dzahabi
(2/250-253)
•?Tahdzibul Kamal, karya Al-Imam Al-Mizzi (19/44
Penulis: Al-Ustadzah Ummu Abdirrahman Anisah bintu ‘Imran
Sakinah, Cerminan Shalihah, 15 - Desember - 2004, 04:10:16
Ummi Kultsum binti Muhammad (wafat 9 H/639 M)
Putri Rasulullah dari Khadijah yang dipersunting oleh
Utaibah bin
Abu Lahab pada masa Jahiliah. Setelah turunnya ayat yang artinya:
“Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia juga akan
binasa.” (S. Al-Masad ayat 1) ia dicerai oleh Utaibah atas perintah
Abu Lahab. Sepeninggal kakaknya, Ruqaiyah, istri pertama Usman dia
dinikahi oleh Usman bin Affan. Dia ikut berhijrah ke Madinah.
Abu Lahab pada masa Jahiliah. Setelah turunnya ayat yang artinya:
“Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia juga akan
binasa.” (S. Al-Masad ayat 1) ia dicerai oleh Utaibah atas perintah
Abu Lahab. Sepeninggal kakaknya, Ruqaiyah, istri pertama Usman dia
dinikahi oleh Usman bin Affan. Dia ikut berhijrah ke Madinah.
Ummu Kultsum binti Uqbah bin Abi Mu'aith
(Puteri-puteri Teladan Dalam Islam)
(Puteri-puteri Teladan Dalam Islam)
Dari: "Tokoh-tokoh Wanita di Sekitar Rasulullah
SAW" karangan Muhammad Ibrahim Saliim. Diketik oleh: Hanies Ambarsari.
Kehidupannya
(Ummu Kultsum) adalah contoh pengorbanan dan
jihad fi sabilillah (di jalan Allah). Dalam Thabaqaat Ibnu
Sa'ad
berkata :"Dia adalah wanita pertama yang hijrah ke
Madinah setelah
hijrah Nabi SAW dan para shahabatnya. Kami tidak mengetahui
seorang
wanita Muslim Quraisy yang keluar dari kedua orang tuanya
dan hijrah
kepada Allah dan Rasul-Nya, kecuali Ummu Kultsum."
Dia keluar dari
Mekkah sendirian dan ditemani oleh seorang
laki-laki dari Khuza'ah hingga tiba di Madinah pada waktu
gencatan
senjata. Dia dikejar oleh kedua orang saudaranya. Kedua orang
itu
tiba pada hari kedua setelah kedatangannya. Keduanya berkata
:"Hai
Muhammad, kami menuntuk syarat, maka penuhilah syarat
itu." Maka
Ummu Kultsum berkata :"Wahai, Rasulullah, aku seorang
wanita. Wanita
itu lemah. Aku khawatir mereka mengganggu dalam
agamaku,sedangkan aku
tidak sabar, sehingga Allah membatalkan janji pada
wanita."
Kemudian Allah
SWT menurunkan ayat Imtihan (ujian) dan
memutuskan dengan keputusan yang mereka sama-sama
menyepakatinya.
Disebutkan :"Hai, orang-orang yang beriman, apabila
datang berhijrah
kepadamu wanita yang beriman, maka hendaklah kami uji
(keimanan)
mereka...." dan seterusnya, dua ayat (QS.
Al-Mumtahanah, 60:10-11)
Kemudian Rasulullah SAW menguji dia dan wanita-wanita
sesudahnya :
"Tidaklah kalian keluar, kecuali karena cinta Allah dan
Rasul-Nya
serta Islam, bukan karena cinta suami dan harta."
Apabila mereka
mengatakan hal itu, maka mereka tidak dikembalikan.
Ibnu Sa'ad
berkata : Karena tidak mempunyai suami di Mekkah,
maka dia pun dinikahi oleh Zaid, Az-Zubair, Abdurrahman bin
Auf, lalu
Amru bin Ash, kemudian wafat sebagai isterinya.
Sesungguhnya,
ketika masih muda dan belum menikah, dia tidak
pernah berpisah dari ayah-bundanya. Kemudian iman memasuki
hatinya,
maka dia keluar dari Mekkah sendirian dan hijrah kepada
Allah dan Rasul-
Nya SAW. Kedua saudaranya mengejar untuk mengajak dia
kembali.
Pada waktu itu
Rasulullah SAW telah berdamai dengan Quraisy
pada persetujuan Hudaibiah dengan syarat beliau setuju
mengembalikan
orang-orang Muslim yang datang kepada mereka. Ketika para
wanita datang
kepadanya, Allah tidak setuju Nabi SAW mengembalikan kepada
kaum Musyrikin,
maka turunlah ayat-ayat yang menyuruh menguji mereka :(Maka
ujilah keimanan
mereka) dengan bersumpah :Apakah mereka wanita Muslim yang
sebenarnya atau
tidak ?
"Adalah Ummu
Kultsum binti Uqbah bin Abi Mu'aith termasuk orang-
orang yang keluar kepada Rasulullah SAW dan waktu itu dia
masih muda belia.
Kemudian keluarganya datang meminta kepada Rasulullah SAW
agar mengembalikan
kepada mereka, sehingga Allah SWT menurunkan ayat-ayat
tentang wanita-wanita
beriman." (HR Bukhari dari Al-Miswar bin Makhramah)
Dalam Siyar
A'laamin Nubala', Imam Adz-Dzahabi berkata :Ummu Kultsum
bin Uqbah bin Abi Mu'aith masuk Islam dan berbai'at. Dia
tidak sempat hijrah
hingga tahun 7 Hijriah, dan keluarnya di jaman perdamaian
Hudaibiah. Kedua
saudaranya adalah :"Al-Walid dan Ammaroh.
Ummu Kultsum
lulus dalam ujian dan berhasil menyelamatkan agamanya
dari kaumnya. Diriwayatkan :Ujian itu dilakukan dengan cara
mengucapkan
sumpah :"Aku tidak keluar,kecuali karena mencintai
Allah dan Rasul-Nya, dan
aku tidak keluar untuk mencari dunia maupun membenci
suami." Ada yang menga-
takan :"Kami bersaksi dengan perkataan yang baik. Aku
telah bersaksi di
hadapan beberapa saksi : Sesungguhnya tiada Tuhan selain
Allah dan bahwa
Muhammad adalah Rasulullah SAW."
Ummu Kultsum
mempunyai kedudukan mulia di antara kaum Muslimin. Hal
itu menjadi jelas dari riwayat sebagaimana dalam Al-Ishaabah
dan diriwayat-
kan oleh Ibnu Mandah, bahwa Umar bin Khaththab r.a. bertanya
kepada Ummu
Kultsum binti Uqbah, isteri Abdurrahman bin Auf
:"Apakah Rasulullah SAW ber-
kata kepadamu :"Nikahilah pemimpin kaum Muslimin,
Abdurrahman bin Auf ?"
Ummu Kultsum menjawab:"Ya."
Haditsnya
terdapat dalam Shahihain dan ketiga kitab Sunan, dia
berkata :"Aku tidak mendengar Nabi SAW mengizinkan
suatu dusta dalam
perkataan yang diucapkan orang-orang, kecuali dalam tiga
perkara....
alhadits." Nasai meriwayatkan sebuah haditsnya yang
lain dalam Al-Kubra,
mengenai keutamaan :"Qul huwallaahu ahad."
Ummu Kultsum
meriwayatkan dari Nabi SAW 10 hadits, di antaranya
sebuah hadits diriwayatkan dalah shahihain, yang disepakati
Bukhari dan
Muslim. Ummu Kultsum binti Uqbah telah beriman sendirian,
tanpa seorang
laki-laki pun di rumahnya. Dia tinggalkan tempat pingitan
dan keamanan
serta ketenangannya di bawah kegelapan seorang diri. Kedua
kakinya berjalan
melalui gunung-gunung dan padang pasir di antara Mekkah dan
Madinah, menuju
tempat perlindungan agama dan negeri hijrahnya. Dia
berhijrah kepada Rasul
Allah SAW kemudian disusul oleh ibunya yang mengikuti jejak
dan berhijrah
seperti dia. Dia tinggalkan para pemuda dalam keluarganya
dan orang-orang
tua mereka yang tetap terombang-ambing dalam kesesatannya.
[Al-Ishaabah,
juz 8, halaman 275].
Kata-kata Ummu
Kultsum kepada Rasulullah SAW akan tetap menjadi
cahaya yang menerangi jalan bagi setiap wanita muda yang
beriman kepada
Tuhannya :"Wahai, Rasulullah, apakah Anda akan
kembalikan aku kepada
orang-orang kafir yang menggangguku, supaya aku tinggalkan
agamaku, sedang-
kan aku tidak bisa bersabar ? Dan bukankah telah Anda
ketahui keadaan wanita
yang lemah ? Sesungguhnya ada perjanjian yang menyebutkan
syarat untuk me-
nolak setiap orang yang masuk Islam dari Mekkah dan
berhijrah ke Medinah,
baik laki-laki maupun perempuan."
Maka turunlah
ayat Al-Qur'an :"Apabila datang kepadamu wanita-
wanita beriman yang berhijrah, maka ujilah (keimanan)
mereka." Maka Nabi
SAW bersabda :"Demi Allah, tidaklah kalian keluar,
kecuali karena mencintai
Allah SWT dan Rasul-Nya SAW serta Islam. Kalian tidak keluar
karena suami
maupun harta. Apabila mereka ucapkan itu, maka mereka tidak
kembali kepada
orang-orang kafir."
No comments:
Post a Comment