Postingan terakhirku adalah tentang sudut pandangku yang berubah di
tahun 2019, sebenarnya banyak hal yang berubah sejak 1 juli 2018. Dan benar,
hal ini menjadi titik balik pertamaku di dunia ini. And yet, my quarter life
crisis is just began.
Ketika kamu memerlukan kehadiran seseorang yang biasanya berada denganmu, bukan
hanya kesedihan yang kamu rasakan. Kamu merasakan tanggung jawab, rasa
khawatir, point of view dari seseorang yang kau cintai tersebut juga kau
rasakan. Pasti.
Hal yang utama, di tahun pertama ketika aku berjuang tanpa kehadiran mamah
ini adalah, tidak ada waktu yang boleh di sia-siakan.
Secara daily basis, sekarang yang mengisi pikiranku bukan hanya ini
itu ini itu nanti setelah ini mau melakukan apa, (apakah kalian berpikir
seperti itu setiap saat? Atau hanya aku ?) tapi segala perkataan kalimat mamah
yang biasa aku dengar, tiba tiba muncul di kepala dan pikiran, masuk ke pola pikir,
seperti kompas.
Masyaalloh alhamdulillah, alloh memberikan jalan petunjuk dengan cara yang
sangat romantis ini, seluruh hal di dunia ini mengingatkanku akan mamah, dan
jika ku runut lagi, bahkan postingan social media, dokumen, unpublished
story, semua ada hal tentang mamah secara tidak sadar, di tahun- tahun yang
lalu pun, memang selalu ada mamah.
Mamahku, luarbiasa cantik.
Dan ia tidak perlu kosmetik yang beredar di dunia ini untuk
membuktikannya, ia cantik sampai saat terakhirnya di dunia ini, bukan hanya
membuatku sedih, kenapa sumber kecantikan terdekatku sudah ‘naik kereta’ duluan
ke kehidupan berikutnya, tapi hal ini yang membuatku iba, ia terlalu cantik sehingga
aku tak mungkin lupa. Ia cantik alami, pun di usianya yang 55, tak ada kerutan,
noda hitam, bahkan sesuatu yang menunjukkan usianya, pun ada hal yang harusnya
ku ketahui, adalah skincare.
Kembali lagi ke perbincangan tadi dimana hampir segala hal yang terngiang
di otakku setiap saat adalah suara mamah, walaupun rasanya sekarang sudah tepat
6 bulan. Ternyata, bahkan alam bawah sadarku pun mencintainya sekencang itu. Mamah,
benar, ibunda kita pasti mencintai kita tanpa kondisi tertentu, malas atau
rajin, cantik atau jelek, ia pecinta kita yang nomer 1, Ibunda kita, memiliki
kita baik alam sadar kita bahkan alam bawah sadar kita, dia, cinta pertama kita
saat pertama kita membuka mata di alam bumi. Bersih, tak berujung, cintanya,
Doanya.
Aku mengutuk diriku sendiri, ketika merefleksikan cintanya terhadap berapa
banyak detik yang kusia-siakan untuk hal yang sebenarnya tak akan sering
kulakukan. Berdandan.
Jika ku runut lagi aku mulai mencari tahu tentang dunia makeup ketika aku
ingin tahu caranya menggunakan eyeliner (2011) dan lucunya sampai saat ini
belum bisa. Kemudian berkembang ketika aku mencoba belanja online, saat itu aku
membeli nyx soft matte lip cream, era ketika aku mulai mengajar. Otomatis aku
mencari diinternet shade apa yang bisa aku gunakan, lucunya dari dulu sampai
sekarang aku tidak pernah suka warna bold.
“pake lipstick mah yang warna bibir” itu kata mamah, seumur hidupku tidak
pernah melihat mamah menggunakan lipstick gonjreng, atau bold, yang paling
sparking dan mencolok ya hanya shade pink.
Hal ini bukan saja mempengaruhi diriku, bahkan alam bawah sadarku pun tak
menyukainya.
Sebetulnya sangat banyak beauty influencer yang mengubah sudut pandangku,
beberapa dari mereka yang ku ikuti memang memiliki personality yang baik dan
rendah hati, 4 teratas adalah shaanxo, ssssamantha, tasya farasya, huda kattan.
Kemudian mungkin lindakayhz, alifah ratu, fatya biya, suhay salim titantyra dll
Tapi belakangan kudapati diriku terlalu egois. Aku tidak bisa “menjalani”
cinta yang satu arah ini. Aku mengikuti mereka, mensupport mereka, me like
semua postingan mereka, membalas Ig story mereka, menonton semua video mereka
yang ternyata di sponsori, tanpa mereka
tahu aku ini siapa, tanpa mereka pernah baca apa yang aku komentari, ceritakan
kepada oranglain, karena mereka terlalu terkenal, terlalu memiliki banyak orang
yang memuji dan mendoakan, sehingga pola pikir menjadi terbalik “SIAPA KAH AKU MESTI
DIBALAS SAMA SELEB”
DEAR, this is not healthy.
I mean you can love them, go with their life,
watch their life, listen to them, but what are their benefit to you ?
Maksudku, Samantha ravndahl bisa saja memberikan code agar kamu dapat
diskonan 10% ketika kamu mau beli produk tertentu, Tasya Farasya dan Rachel Vennya
bisa saja menyebarkan kode agar kamu dapat potongan langsung di ZALORA. Tapi untuk
apa ? itu semua untuk apa ? aku belum tentu beli produk yang mereka gunakan,
kondisi kulit wajahku beda dengan kulit mereka. Dan apakah semata karena
mendapat diskonan aku otomatis harus membelinya?
I mean they are working, dear, they are influencer,
their job is to influence you. Directly, to your brain.
Bukan semata
karena mereka menginspirasi, kenapa ? karena yang mereka share adalah gaya
hidup, produk, yang jika tidak terkontrol, selamanya dirimu akan menjadi budak
konsumtif. Buktinya, aku membeli barang semata karena mereka rekomendasikan,
dan mereka bilang itu bagus, padahal, hey. Belum tentu produk itu cocok padaku,
karena semua produk kan memang cocok – cocokan, tergantung jenis kulitmu,
barang yang kamu pakai bersamaan ketika menggunakannya, bahkan jika makanan yg
mereka konsumsi dengan yang kamu konsumsi tidak sama, hal tersebut jelas akan
menjadi hasil yang berbeda, bahkan timpang.
Dan jika kamu berpikir “SIAPA KAH AKU MESTI DIBALAS SAMA SELEB” kemudian
hal tersebut membuat ku rendah diri in my daily basis, I think .. I don’t deserve those. Kurasa tidak
ada satu orangpun yang harus merasa terbully dengan proyeksi selebgram atau
siapapun yang lebih tenar dari kita, namun membuat kita
merasa kurang berharga dan kurang usaha. Padahal, ya memang hidup kita
dengan para influencer itu berbeda, mereka sehari-hari memang akan terlibat
dengan kosmetik, kalau aku? Aku guru Bahasa pemrograman, harusnya yang ku sebar
adalah skill coding, cara membuat UI yang baik, cara mengoperasikan berbagai
software pengolah UI, dan lain lainnya yang memang berada di bidangku.
Jika tasya farasya, Rachel vennya, kehilangan likes dari ku, mereka akan
baik baik saja, mereka sedang mengoptimalkan kemampuan diri yang mereka punya
dengan menginfluence orang lain.
Maka aku juga akan melakukan hal yang sama untuk diriku, melakukan potensi
yang kurasa kumiliki, dan tentu tidak akan pernah rugi jika kupelajari, aku
sedang menekuni lettering, bayangkan, betapapun banyaknya brushpen yang kau
beli, brushpen tersebut akan selalu bisa kau gunakan, dan tebak apalagi, mereka
tidak akan pernah kadaluwarsa secepat kosmetik kosmetik yang ada di dunia ini.
Maka .. good bye beauty guru, good bye tasya farasya story feeds, you will
be okay without 1 supporter.
Aku melakukan hal ini sudah 3 minggu, dan aku
merasakan diriku damai, yang kulakukan adalah dengan unfollow akun
Instagram mereka, maafkan, tapi kalaupun aku perlu info tentang
kecantikan, aku masih punya banyak teman yang bisa diajak sharing secara
langsung, aku punya beberapa teman BETULAN yang memang influencer juga. Aku ga
benci dunia kecantikan kok, aku masih pakai kosmetik, pakai makeup, sunblock,
dan lain lain, tapi kurasa, aku gaakan setiap hari pakai makeup full, dan
kurasa aku sudah tahu bagaimana cara pakai makeup yang baik tanpa harus setiap
hari menonton semua video yang mereka keluarkan. Aku akan gunakan seluruh waktu
yang biasanya kupakai untuk semua hal tersebut dengan memantapkan diri mengejar
rumah di kehidupan selanjutnya, syukur syukur kalau bisa mahir lettering,
karya-karyaku bisa menginspirasi orang dan menjadi amal jariyah bagiku, aamiin.
Tidak ada yang meragukan jika Alloh yang berkehendak, karena ya rasanya tidak
mungkin menjadi beauty influencer, aku akan sharing beauty things jika memang
produk tersebut sudah pernah aku pakai.
Hello new world, take me to better place. Bismillahirrohmanirrohim.